HARAPAN BESAR RINO MENGGAPAI CITA-CITA
Saya akan membuat sebuah ide cerita yang bertemakan
pendidikan, bertemakan sebuah kisah anak tunarungu yang bernama Rino. Inilah
kisahnya.
Namaku Rino, aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi
terhadapku, semenjak kecelakaan hari itu, pendengaranku sudah tidak bisa
berfungsi lagi sejak aku masih kecil. Tapi betapa beruntungnya aku, aku masih
bisa merasakan mendengar dunia sampai 10 tahun yang lalu. Saat aku tidak bisa
mendengar, aku minder dan aku susah untuk berkomunikasi sama sekali. Apalagi
saat aku tahu bahwa aku tidak akan lagi bersekolah lagi, karena disekolah biasa
aku tidak dapat menyesuaikan. Sedangkan dengan keterbatasanku ini, aku harus
bersekolah di Sekolah Luar Biasa yang mahal dan jaraknya yang cukup amat jauh.
Hidup keluargaku yang kekurangan, membuatku tidak
bersekolah selama bertahun-tahun. Dirumah pun aku hanya mengurung sendiri
dikamar, karena orang menjadi tidak menghargai keberadaanku. Aku ingin sekolah,
aku ingin merasakan hidup normal seperri kalian. Keadaanku yang sekarang susah
untuk mendengar dan berkomunikasi dengan banyak orang. Orang jadi enggan untuk
berbicara denganku.
Aku menyadari dengan kekuranganku sekarang, aku harus sabar
meniti masa depan dengan keterbatasan yang sangat minimalis. Penghasilan orang
tua yang hanya cukup untuk makan sehari, tidak akan mungkin mereka
menyekolahkanku di Sekolah Luar Biasa itu. Ketika aku hanya berdiam diri
dirumah, aku sadar kalo aku harus berusaha mendapatkan keinginanku menjadi
seorang pilot. Mungkin ini cita-cita yang mustahil untukku dapat sebagai
seorang anak dari petani yang hanya bekerja saat musim panen tiba.
Hari ini aku berjalan kearah sekolahku yang dulu di SD N
05 Sukasenang, sekolah yanga amat kubanggakan sampai aku kelas 3 SD. Ku
pandangi dari kejauhan, melihat mereka bersekolah, hatiku sedih dengan keadaan
hiduku ini, seperti angan-angan
menerawang langit.
Saat aku pulang kerumah berjalan menyusuri sawah,
mengapa banyak orang yang melihatku seperti itu. Dengan rasa marah, aku
berteriak dan pergi secepat mungkin. Ketika aku berlari aku bertabrakan dengan
seorang laki-laki berbadan besar yang bajunya sangat rapi. Dia seperi
berkata-kata, tetapi aku tak tahu dia berkata apa. Aku hanya bisa berdiam
melihat bapak itu berbicara.
Bapak itu berkata, “Nak,
apakah kamu tidak bisa mendengar perkataan saya?”. Kayanya Bapak itu berkata
seperti tadi. Tapi dengan baiknya bapak itu mengajakku ke suatu tempat, mungkin
dia melihat wajahku yang cemas dan ketakutan. Dengan senang hati aku mau
mengikutnya, aku diajaknya ke sebuah sekolah sederhana yang disana banyak juga
terdapat orang-orang yang sama sepertiku dengan kebutuhan khusus. Betapa
senangnya ketika aku bisa bertemu dengan teman-teman dan orang-orang yang
menghargai keberadaanku.
Disana aku dikenalkan untuk berkomunikasi dengan
baik, aku sangat bersyukur bisa bertemu bapak tadi, yang bernama Pak Tedi.
Ternyata dia adalah seorang pekerja sosial untuk anak-anak berkebutuhan khusus
dari kota yang sedang mampir ke desaku ini. Ya walaupun tempatnya sangat jauh,
tapi aku akan tetap berusaha untuk mengikuti sekolah sederhana tersebut.
Setelah itu aku diberitahu untuk tetap datang ketempat ini setiap hari.
Lalu aku pulang diantar oleh Pak Tedi, Pak Tedi
sangat tahu dengan komunikasi ku, jadi aku terasa sangat akrab dengannya. Saat
aku sampai dirumah, Pak Tedi langsung ku ajak untuk masuk kedalam rumahku.
Dengan senang hati Pak Tedi mau dan bicara dengan orangtuaku. Ternyata Pak Tedi
juga membahas sekolah sederhana tersebut. Awalnya orangtuaku menolak, mungkin
karena mereka berpikir dengan biaya. Tapi setelah dijelaskan, akhirnya
orangtuaku menyetujuinya.
Aku langsung diberitahu
oleh Pak Tedi bahwa aku diijinkan untuk mengikuti sekolah sederhana tersebut.
Dengan rasa bangga aku langsung berlari dan pergi ke ladang berumput, dan
langsung berteriak “AKU BISA SEKOLAH”....
Aku akan berusaha untuk
mengulang kembali pelajaran-pelajaran yang akan mewujudkan impianku sebagai
seorang Pilot. Walau butuh perjalanan panjang, cita-cita akan kuraih dunia....